Ketika membuat konten, pembuatnya tentu harus memiliki tujuan tertentu tentang apa yang ingin dicapai dengan konten tersebut. Content pillars berfungsi untuk memberikan tujuan tersebut, sehingga kehadiran konten menjadi semakin bermakna dalam proses marketing. 

Content pillar sendiri merupakan fondasi penyusunan strategi konten media sosial. Ibarat sebuah rumah, pilar-pilar ini menopang keseluruhan strategi dan plan dalam kegiatan di media sosial. Mengingat perannya yang sangat penting, bagaimana cara menentukan dan menyusun content pillar?

Karena sifatnya memayungi pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah campaign media sosial, content pillar biasanya ditentukan berdasarkan apa yang ingin brand jelaskan dan apa yang dibutuhkan oleh audiens. Selain content pillar, kategorisasi pesan ini terkadang disebut juga sebagai content category, content buckets, atau content umbrella yang semuanya memiliki makna serupa.

Ada beberapa contoh content pillar yang populer digunakan brand dan perusahaan, namun tentu setiap akun media sosial memiliki pilarnya masing-masing.

  1. Educational Content

Sesuai dengan namanya, contoh content pillar ini berkonsentrasi pada pemberian pesan edukasi kepada audiens. Salah satu penerapannya adalah dengan membuat tutorial, wawasan industri, atau pengetahuan praktis.

Pilar ini tidak hanya memberikan pengetahuan mengenai brand sehingga memunculkan brand loyalty, namun juga mengukuhkan reputasi serta kredibilitas sehingga meningkatkan kepercayaan kepada brand.

  1. Promotional Content

Konten dalam content pillar ini secara khusus menargetkan audiens agar tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Biasanya konten ini secara spesifik mencantumkan kelebihan brand tersebut atau menginformasikan penawaran bagi audiensnya.

  1. Entertainment Content

Berbeda dengan dua content pillar sebelumnya, content pillar ini lebih banyak memberikan cerita dan hiburan untuk para audiens. Pilar ini dirancang untuk menyajikan meme, kuis, atau cerita lucu yang relatable supaya audiens dapat lebih engage dengan brand.

  1. Community/Conversational Content

Pilar ini biasanya dilakukan ketika content pillar yang lain telah matang. Dalam konten berbasis komunitas ini, audiens dapat membagikan pengalaman mereka dengan brand tersebut. Komunikasi dua arah ini memungkinkan adanya timbal balik, sehingga memperkuat loyalitas dan brand advocacy.

Content pillar tersebut dapat diterapkan dalam sebuah framework seperti Hero-Hub-Hygiene. Framework ini disusun oleh Google sebagai strategi YouTubers untuk meningkatkan kredibilitasnya. 

Hygiene merujuk pada konten Help, yaitu konten yang membantu untuk menjaring audiens dan jumlahnya cenderung paling banyak. Biasanya konten Hygiene mengandung banyak keyword dan memberikan informasi yang esensial, sehingga dapat mudah ditemukan.

Apabila konten Hygiene banyak menjawab pertanyaan sehari-hari, Hub biasanya memberikan solusi untuk masalah yang lebih besar. Informasi yang dibahas biasanya lebih mendalam sehingga menyasar kepada audiens yang sudah mulai memiliki loyalitas terhadap brand. Rubrikasi menjadi salah satu penerapan strategi ini.

Sementara itu, Hero berarti konten andalan untuk menunjukan authority dalam sebuah industri. Penuh dengan informasi, biasanya konten ini memiliki kualitas paling tinggi namun tidak terlalu sering diproduksi.

Dengan menyiapkan pondasi, memberikan informasi, dan mengukuhkan kredibilitas, keberadaan content pillar dan framework ini memberikan tools bagi para content creator untuk membangun brand mereka melalui konten yang meaningful.

Last Update: June 14, 2024