Salah satu alasan utama sosial media mampu berkembang dengan begitu pesat adalah adanya kemampuan individu atau kelompok mengekspresikan diri dan menyampaikan sesuatu pada akun masing-masing. Secara natural, akun-akun ini mampu mengumpulkan audiens yang tertarik dengan cerita yang disampaikan dan menciptakan influencer atau pemengaruh. Berdasarkan jumlah audiens yang dimiliki, influencer ini dikategorikan kembali sebagai micro vs macro influencer.

Keberadaan influencer ini dapat dimanfaatkan dalam marketing melalui sub influencer marketing. Cabang marketing ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan brand awareness, memunculkan hype dan buzz, hingga meningkatkan revenue. Karena tujuan yang dimiliki cukup luas, memilih influencer yang tepat adalah keputusan krusial dalam influencer marketing. Salah satu hal yang menarik dari influencer marketing adalah jumlah followers seorang influencer tidak selalu menjamin hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari fenomena tumbuhnya micro-influencer.

Semua Orang Adalah Influencer (Dengan Cara Masing-Masing)

Sejatinya, semua orang dapat mempengaruhi satu sama lain. Hal ini disebabkan adanya otoritas dan anggapan bahwa seseorang memiliki pengetahuan yang lebih dalam pada bidang tertentu, sehingga pilihan dan rekomendasinya mendapat kepercayaan. Fenomena ini yang membuat micro-influencer menjadi pembawa pesan yang baik dalam marketing.

Micro-influencer sering dideskripsikan sebagai influencer yang memiliki 1.000-10.000 followers. Mereka biasanya adalah orang-orang biasa yang relatable dengan jumlah followers tinggi dan sering membagikan konten tentang niche tertentu. Konten yang dibagikan juga cenderung dirasakan lebih otentik dan mampu ditiru oleh audiens dengan mudah. Authenticity, relatability, dan attainability yang dimiliki micro-influencer ini menjadi kelebihan tersendiri dalam penerapan strategi marketing.

Mengapa Micro-Influencer Bisa Populer?

Tidak dapat dipungkiri, salah satu kelebihan dari micro-influencer adalah biaya yang cenderung lebih ramah budget. Jumlah audiens yang tidak sebanyak influencer macro atau selebriti membuat rate kerja sama yang ditawarkan cenderung lebih rendah.

Di sisi lain, jumlah followers yang cenderung masih bisa dimanage ini menimbulkan kedekatan antara influencer dan audiens. Koneksi yang lebih natural ini mampu menimbulkan interaksi dan perbincangan yang lebih intens, sehingga engagement yang didapatkan juga lebih tinggi.
Micro-influencer dapat menjadi pilihan tepat ketika ingin menyasar sebuah segmen spesifik dengan konten yang relatable. Pemanfaatan micro-influencer juga bermanfaat apabila brand ingin menyampaikan pesan yang otentik dan menimbulkan engagement lebih besar.

Categorized in:

Digital Industry 101,

Last Update: November 26, 2024